This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Selasa, 09 Oktober 2012

makalah psp pgri ad/art pgri


ANGGARAN DASAR / ANGGARAN RUMAH TANGGA (AD / ART) PGRI

A.    Penyempurnaan AD / ART PGRI
1.      Dasar pertimbangan
Penyempurnaan AD / ART PGRI dilakukan berdasarkan pertimbangan
a.       Forum organosasi yang berhak mengubah AD / ART hanyalah kongres sehingga setiap akan berlangsungnya kongres sebaiknya dilakukan upaya mereview AD / ART apakah perlu ada perubahan ayau tidak karena kongres hanya dilakukan setiap lima tahun.
b.      Perkembangan kenegaraan dan pemerintahan yang terjadi menuntut adanya penyesuaian AD / ART yang berkaitan dengan otonomi daerah, demokrasi, dan tata hubungan internasional yang baru.
c.       Keputusan kongres III tahun 2001 yang memberikan pengukuan atau persetujuan atas hasil Tim Review AD / ART PGRI dari wilayah barat dan timur.
d.      Perkrmbangan social kemasyarakatan yang terus berkembang kearah kebebasan, demokrasi, perlindungan hak asasi manusia dan iklim politik yang terbuka.
2.      Prinsip Dasar Penyempurnaan
a.       AD / ART adalah landasan utama dan terutama sebuah organisasi yang harus di pegang teguh oleh anggota dan pengurus. Yang sebaiknya tidak boleh diubah antara lain: nama, azaz, sifat, dan tujuan organisasi karena mengubah semua ini akan mengubah hakikat oganisasi PGRI.
b.      AD / ART bersifat lentur yang member ruang gerak para pelaksana organisasi tetapi juga harus memberikan arahan sehingga tersedia pegangan serta acuan bagi para pelaku organisasi.
c.       AD / ART hendaknya tidak terlalu kaku tetapi juga tidak terlalu terbuka dengan tetap memberikan keleluasaan tetapi tidak tak terbatas.
d.      AD/ ART dapat mengantisipasi arah perkembangan pemerintah, polotik, kemasyarakatan, organisasi, tuntutan anggota dan tantangan masa depan antara lain:
1.      AD / ART harus mengantisipasi munculnya organisasi baru baik di dalam maupun di luar PGRI.
2.      Membuka kemungkinan organisasi yang bernaung di bawah PGRI berperan lebih aktif dengan pemberian peran yang lebih besar.
3.      Struktur organisasi disetiap jenjang harus dapat mendukung gerak langkah organisasi yang lebih transparan, demokrasi, dan kolektip. Jika tidak para anggota akan mencari alternative lain yang memungkinkan mereka dapat dihargai, diakui, dan diberi kebebasan menyampaikan aspirasinya secara lebih aktif.
4.      Struktur organisasi harus luwes sehingga daerah dapat memilih yang paling sesuai dengan kondisi daerahnya dan perlu ada batasan dan koridor yang tidak boleh dilewati;
e.       AD / ART harus member ruang gerak yang terbuka setiap aspirasi dan inovasi positif yang akan memperkaya organisasi tetapi pada saat yang bersamaan juga harus menjadi benteng yang kokoh bagi setiap upaya yang akan menyeret PGRI ke arah yang bertentangan dengan azaz dan tujuan organisasi dan pada arah yang negative baik dari dalam maupun dari luar.
f.       AD / ART sebaiknya memuat pokok – pokok garis kehidupan organisasi yang harus diikuti dan dilengkapi dengan ketentuan pelaksanaan lainnya.
g.      Kemitrasejajaran gender dan pemberdayaan perempuan harus tersurat dengan jelas baik dalam tugas dan fungsi maupun dalam pengalokasian perempuan pada kepengurusan di semua jenjang.
h.      Organisasi dengan prinsip menejemen yang modern haruslah “ kaya fungsi tetapi miskin struktur” mampu beradaptasi dan menyesuaikan diri dengan perkembangan keadaan.




B.     Isi Singkat AD / ART PGRI
1.      Mukaddimah atau Pembukaan
Pembukaan adalah jiwanya sebuah anggaran dasar organisasi yang harus memuat rasional dasar berdirinya orgaisasi, azaz, jatidiri, tujuan utama, sifat organisasi,dan cirri – cirri pokok lainnya. Dalam pembukaan AD / ART PGRI antara lain harus memuat hal – hal sebagai berikut:
1)      Nama “ Persatuan Guru Republik Indonesia atau PGRI;
2)      Kesinambungan dengan awal berdirinya organisasi sehingga kita yang hidup sekarang dan yang akan datang hanyalah penerus dan bukanlah pendiri PGRI;
3)      Tanggal dan tempat pertama berdirinya PGRI harus tercantum resmi yaitu Surakarta atau Sala pada 25 november 1945, kalau tidak, kita akan kehilangan jejak;
4)      Jatidiri organisasi secara singkat harus tersurat sebagai organisasi perjuangan, organisasi profesi, dan organisasi ketenagakerjaan karena itu terbaca pada tujuan didirikannya PGRI yang pertamakali;
5)      Sifat organisasi PGRI tercantum juga sebagai organisasi yang unitaristik, independent, dan non politik praktis;
6)      Azaz dan dasar organisasi yaitu pancasila dan Undang – Undang Dasar 1945;
7)      Pernyataan tekad para penerus PGRI untuk mempertahankan dan meneruskan cita – cita para pendiri serta berjanji tidak akan menyelewengkan organisasi sebab kalau tidak ada janji dan tekad ini, para penerus tidak berhak menjadi dan bukan “ penerus “ PGRI.
2.      Pasal Demi Pasal
Sesuai dengan keputusan konpus III pada 2001, penyempurnaan AD / ART PGRI didasarkan pada pertimbangan sebagai berikut:
a.       Otonomi daerah sehingga nomenklatur dan juga akronim harus disesuaikan pada semua tingkat organisasi serta perangkat dan alat perlengkapannya seperti kata daerah tingkat I, tingkat II, yang mengakibatkan organisasi PGRI harus menyesuaikan pada nomenklatur baru. Demikian juga pada akronim kelengkapan organisasi seperti Konpus, Konkerda, dsb. Walaupun relative mudah akan tetapi tidak semua perkiraan kita dan perlu pemikiran yang menyeluruh.
b.      Otonomi daerah juga mengakibatkan struktur pemerintah yang berubah menuntut kewenangan dan keleluasaan organisasi di daerah. Dengan berpindahnya kewenangan mengelola pendidikan ke daerah maka organisasi di daerah harus mampu mengimbangi perubahan ini. Kekurangan mantapan pengurus yang sekarang bukan disebabkan oleh strukturnya karena struktur yang lama relative sudah memadai tinggal penyesuaian saja akan tetapi karena sumber daya manusianya yang perlu “ switching ” mental dan mengasah keterampilan karena selama ini selalau mengharapkan “tuntutan dari atas”. Misalnya bagaimana penyempurnaan AD / ART yang mampu mendorong peningkatan keterampilan sumberdaya manusia PGRI, khususnya di daerah.
c.       Praktek dan tingkah laku pengelolaan organisasi harus disempurnakan. Hal – hal yang sekarang kurang harmonis, kurang serasi, kurang efektif  harus dicoba diperbaiki dengan penyempurnaan pasal – pasal AD / ART mulai dari hulu ke hilir. AD / ART harus mampu menjawab pertanyaan di bawah ini.
1)      Apakah pengelolaan organisasi sekarang telah cukup kolektif, transparan, dan demokratis?
2)      Apakah pembagian tugas dan beban kerja telah berlalu adil dan berjalan baik dan optimis?
3)      Apakah struktur organisasi PGRI sekarang telah memenuhi prinsip – prinsip manajemen modern yang kaya fungsi tetapi miskin struktur sehingga mampu menampung semua fungsi organisasi secara optimal tetapi dengan struktur yang luwes, kecil, dan lincah.
d.      Perkembangan kehidupan demokrasi yang makin menonjol akan berpengaruh pada kehidupan organisasi di masa datang.
e.       Organisasi akan tumbuh dan tenggelam dalam alam demokrasi, apkah AD / ART telah mengantisipasi hal ini?
f.       Kebebasan bersuara, menyampaikan aspirai, memilih, dipilih dan berkreasi harus mendapat tepat yang lebih luas dan terbuka dalam AD / ART yang di sempurnakan, kalau tidak orang atau mencari saluran ke tempat lain.
1)      Apakah kelompok – kelompok dalam tubuh PGRI telah mendapat tempat yang layak?
2)      Apakah PGRI puas dengan bergabungnya IGTKI? Apakah IGTKI sendiri merasa puas dan bermakna dalam kolaborasinya dengan PGRI dan telah member andil dan partisipasi optimal terhadap PGRI? Apakah akan memperlakukan IGTKI tetap seperti sekarang?
3)      Apakah ada organisasi lain yang lain yang ingin bergabung dengan PGRI? Apa perlu ada dan apa boleh?
g.      Proses pengambilan keputusan, proses pemilihan, dan proses pencalonan calon pengurus harus lebih diealborasi dengan prinsip menjarin calon pengurus yang berdedikasi, mau dan mampu berkerja keras, mandiri, dan all out. Pemilihan yang demokratis, mencegah sekecil mungkin rekayasa kelompok dan praktek “ dagang sapi ”  serta memilih “ kucing dan karung ”. para calon harus dicalonkan oleh kelompok atau daerah yang representatip dan membentengi system pemilihan dari intervensi di tengah jalan. Praktek – pratek kurang terpuji dalam proses pencalonan sampai pemilihan dapat diminalisir dengan ketentuan AD / ART yang ketat. Bagi kelompok tertentu mungkin terasa memberatkan tetapi dalam jangka panjang akan mempunyai arti positif bagi kehidupan organisasi yang akan datang karena dapat menjaring kader yang mau dan mampu bekerja, memilki idealisme, dan tak ada pamrih di balik proses pemilihan tersebut.









DAFTAR PUSTAKA
Taruna.dkk.2007.PSP PGRI Semarang:IKIP PGRI SEMARANG PRESS

Kamis, 04 Oktober 2012

remaja sebagai siswa (psikologi belajar)s2


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Studi tentang remaja agak sulit karena para remaja sudah mulai banyak meniggalkan lingkungan rumah dan memasuki lingkungan kebudayaan yang lebih luas. Banyak dilemma para remaja disebabkan oleh hal-hal yang bersifat cultural. Dalam kenyataanya,fase perkembangan yang disebut adolescence terutama bersifat cultural alih-alih bersifat psikologis atau gejala pertumbuhan.

B. Rumusan Masalah
      1.            Bagaimanakah karakteristik masa remaja?
      2.            Apa Sajakah kebutuhan dasar remaja?
      3.            Bagaimanakah Remaja dalam Lingkungan Belajar-Mengajar?
      4.            Bagaimanakah Perkembangan Karakter dan Masalah Remaja?

C. Tujuan
      1.            Untuk mengetahui karakteristik masa remaja
      2.            Untuk mengetahui kebutuhan dasar remaja
      3.            Untuk mengetahui remaja dalam lingkungan belajar-mengajar
      4.            Untuk mengetahui perkembangan karakter dan masalah remaja





BAB II
PEMBAHASAN

REMAJA SEBAGAI SISWA
Studi tentang remaja agak sulit karena para remaja sudah mulai banyak meniggalkan lingkungan rumah dan memasuki lingkungan kebudayaan yang lebih luas. Banyak dilemma para remaja disebabkan oleh hal-hal yang bersifat cultural. Dalam kenyataanya,fase perkembangan yang disebut adolescence terutama bersifat cultural alih-alih bersifat psikologis atau gejala pertumbuhan.
Karakteristik Masa Remaja
Konsep tentang Adolescence
Pengertian tentang istilah adolescence hanyalah pertumbuhan kearah kematangan. Banyak buku pendidikan dan psikologi yang mendefinisikan adolescence dengan menunjuk kepada periode yang penuh dengan tekanan dan ketegangan,suatu periode dimana individu itu belum menjadi sesuatu.
Keunikan Remaja
Psikologi objektif selalu menekankan bahwa pertumbuhan adalah sesuatu yang berlangsung terus menerus dan bersifat setahap demi setahap.
Keunikan remaja terletak pada individu-individunya. Para remaja dari kelas social yang satu berbeda dengan para remaja dari kelas yang lain dalam sikap dan cita-citanya. Pendeknya beberapa keunikn para remaja itu terletak dalam individualitasnya,bukan pada masa remajanya.



Kebutuhan Dasar Remaja
Kebutuhan Umum Manusia
Baik anak-anak,orang dewasa, mauipun para remaja merasakan kebutuhan untuk mencintai dan dicintai,ingin memiliki pengalaman-pengalaman baru, ingin memperoleh pengenalan atau pengakuan,ingin menjadi seorang yang bediri sendiri dan ingin memuaskan kebutuhan-kebutuhan jasmaniah. Pada masa remaja beberapa kebutuhan ini lebih intensif. Para remaja membutuhkan pengalaman-pengalaman baru. Pada masa kanak-kanak,pengalaman baru ini diperoleh dalam keluarga atau dari tetangga.
Kebutuhan akan identitas
Menurut penelitian Ericson, Einsenberg, Glasser, Mead Shore dan Masimo, identitas merupaka kebutuhan yang sangat besar pada para remaja. Mereka ingin memiliki sesuatu, ingin berbeda, ingin dikenal, dan ingin measakan kehadirannya. Banyak perasaan tidak berharga yang dirasakan para remaja. Dapat dihindarkan dngan cara memberi mereka tanggung jawab tertentu sehingga mereka merasa dirinya penting. Perbaikan kurikulum dengan memperhatikan perbedaan-perbedaan latar belakang mereka,perbedaan kemampuan, dan perbedaan ambisi para remaja akan banyak menolong dalam memenuhi kebutuhan akan identitas ini. Pemunuhan akan kebutuhan identitas para remaja ini menuntut adanya koordinasi antara rumah sekolah dan masyarakat. Partisipasi para remaja dalam kegiatan-kegiatan social, dalam industry,serta pemberian penyuluhan kepada mereka akan sangat menolong.
Kebutuhan akan Bantuan Orang Dewasa
Pertumbuhan berciri kemajuan (progession) dan kemunduran (regression). Pada saat remja ingin memperthankan haknya untuk brtindak berdasarkan keputusannya sendiri tanpa campur tangan orang dewasa. Pada saat lain mereka membutuhkan nasihat serta bimbingan dan penyuluhan orang dewasa. Beberapa orang tua dan guru cukup sabar dan mengerti terhadap sikap remaja yang tidak konsisten ini, andaikat mereka menyadari bahwa sikap yang tidak konsisten ini adalah suatu aspek yang wajar dari mereka yang sedang menuju kematangan.
Satu hal yang terus menerus didambakan oleh para remaja adalah bebas dari dominasi orang dewasa,terutama dominasi dari orang tua. Karena orang dewasa lain yang dikenal mereka baik dan banyak berhubungan adalah guru, mereka akan berpaling dari dominasi orang tuanya Namun, apabila guru yang dianggapnya sebagai pengganti orang tua itu juga masih bersikap otoriter,mereka akan mengejeknya. Sebaliknya, andaikata guru mau mendengar suara mereka, memperhatikan pikiran dan pandangan mereka, mengajak mereka berbicara dan menganggap mereka sebagai teman bekerja, para remaja ajan memperhatikan pandangan-pandangan orang dewasa.
Banyak program remaja yang gagal sebelum dimulai karena program tersebut direncanakan dan diorganisasi oleh para ahli, lalu didesakkan kepada para remaja. Otonomi adalah hal yang sangat penting bagi para remaja seperti halnya bagi orang dewasa. Dalam dunia pendidikan, program-program bimbingan, perbaikan kurikulum, dan sebagainya banyak mengalami kegagalan bukan karena adanya kekeliruan, melainkan karena hal-hal itu didesakkan kepada para remaja.
            Orang-orang dewasa dapat membantu para remaja dengan baik, dengan cara memahami sumber-sumber yang menyebabkan kekacauan pada mereka. Berilah mereka  kasih sayang yang bersumber dari pengertian, dan bantulah mereka dalam menetapkan tujuan-tujuan yang berhubungan dengan pekerjaan mereka.

Remaja dalam Lingkungan Belajar-Mengajar
Pertumbuhan Mental dan Pengukuran Potensi
Selam ini ada anggapan bahwa pertumbuhan inteligensi berhenti pada usia 16 tahun. Pengertian ini dirumuskan apabila rata-rata individu berhenti bersekolah pada kelas delapan. Terman dan Merrill dalam merevisi manual untuk Skala Inteligensi Standford-Binet mengadakan penyesuaiian tabel-tabel usia berdasarkan asumsi bahwa menurut penemuan akhir-akhir ini, pefrtumbuhan mental meluas di atas usia 15 tahun.
            Adapun ada inteligensi itu bukanlah sesuatu yang “global” atau “tunggal” yang dapat dievaluasi dengan alat psikometrik yang tunggal. Guilford menunjukkan bahwa sekurang-kurangnya ada 120 jenis intelegensi yang berbeda-beda. Kebanyakan psikolog setuju bahwa satu tes inteligensi menghasilkan skor global  dan mereka juga setuju bahwa sekalianpun tes inteligensi yang konvesional berkolaborasi secara positif dengan prestasi sekolah, ada lagi jenis-jenis inteligensi lainnya yang harus dikenal di sekolah di samping yang bersifat akademis, misalnya inteligensi yang bersifat kreatif, artistik, sosial, dan kepemimpinan.
Mempermudah Belajar Remaja
Program sekolah yang konvensional dan berstruktur sangat baik bagi para siswa dari golongan menengah. Program konvensional ini memang menghasilkan perenggangan (alienation). Bagi mereka yang telah mengerti semangat (spirit) waktu perubahan yang cepat, inovasi, berdiri sendiri, dan penekanan terhadap pribadi benda-benda sekolah sering-sering menghasilkan sikap ambivalen. Adapun beberapa anjuran yang dikemukakan untuk mempermudah cara-cara belajar formal:
      1.            Belajar para remaja akan dipermudah apabila ada keseimbangan antara pembatasan dan kebebasan.
      2.            Belajar di sekolah akan dipermudah apabila para remaja diperlukan sebagai pribadi dan bukan sebagai benda.
      3.            Belajar akan dipermudah apabila dipermudah apabila para remaja tahu bahwa suaranya didengar dan pilihannya sungguh-sungguh diperhitungkan.
      4.            Belajar akan dipermudah apabila seseorang tahu bahwa ia diterima, dikenal, atau diakui oleh kelompoknya, dan kehadirannya menimbulkan perbedaan tertentu.
      5.            Belejar akan dipermudah serta perkembangan kepribadian yang seimbang akan meningkatkan apabila personel sekolah menenal berbagai inteligensi dan berbagai gaya belajar.
      6.            Balajar akan dipermudah apabila kapasitas para pemuda untuk mempercayai dirinya diterima dan mereka diberi semangat.
      7.            Mempelajari konsep-konsep yang terpilih dan konsep diri yang sehat akan dipermudah bila para remaja memahami dirinya sendiri dan “kebudayaan remaja”.
      8.            Belajar akan dipermudah apabila angka-angka dihilangkan.
      9.            Lingkungan belajar-mengajar bagi para remaja akan menjadi baik bila guru-guru mengetahui dan menerima beban dan tantangan terhadap dirinya sebagai pusat perhatian remaja dan sebagai model.
Perlunya Pembinaan Kemampuan Profesional Guru
Pemberian kemudahan belajar sebagaimana telah diuraiakan di atas, pada gilirannya menimbulkan tuntutan yang kuat kepada guru sebagai tenaga pendidikan yang profesional. Salah satu dimensi kemampuan.
Profesional adalah kemampuan kepribadian. Dengan kata lain guru harus memiliki kepribadian yang matang, dan dengan kepribadian itu dia mampu bertindak sebagai pribadi yang berpengaruh terhadap perkembangan kepribadian siswa.
Kepribadian yang matang dan terintegrasi ditandai oleh hal-hal berikut:
1.      Guru menghargai kebebasan di samping menyadari perlunya pembatasan bagi siswanya sehingga dia mampu membuat pembatasan dan menyediakan kesempatan untuk bertindakn bebas bagi siswa  yang bersangkutan.
2.      Untuk menghargai pribadi anak sebagai suatu kebulatan, guru terlebih dulu dituntut untuk memiliki pribadi yang bulat dan utuh.
3.      Guru dapat menghargai pendapat dan pilihan siswanya jika dia memiliki cakrawala berfikir yang luas dan mantap.
4.      Guru harus terbiasa menerima siswa dalam kelompok dan menempatkannya dalam kelompok yang tepat dan berdasarkan pilihan masing-masing tanpa paksaan dan perkosaan pribadi.
5.      Kemampuan melaksanakan sistem pembelajaran yang dilandasi oleh kematangan sikap dan kepribadian ternyata memang sangat diperlukan untuk meningkatkan kepribadian anak.
6.      Para remaja akan percaya diri jika mereka menyadari kemampuannya, dan untuk itu guru harus menunjukkan percaya diri dan kemampuan maksimal dalam proses belajar mengajar.
7.      Guru sendiri harus mengembangkan konsep diri yang menyadari kekurangan dan kebolehannya, dan senantiasa berupaya meningkatkan kemampuannya sendiri sehingga terjadi pengembangan konsep diri terus-menerus.
8.      Guru harus mampu melakukan penilaian yang objektif berdasarkan pertimbangan kuantitatif, tetapi lebih penting lagi menilai anak dan remaja secara akualitatif, yakni menilai perkembangan diri anak secara menyeluruh dan bersifat psikologi, tidak semata-mata bersifat matematis.
Dengan demikian, jelaslah bahwa faktor kemampuan pribadi guru pada gilirannya akan memberikan kemudahan secara psikologi kepada anak dan remaja untuk melakukan perbuatan belajar.

Perkembangan Karakter dan Masalah Remaja
Teori Perkembangan Karakter
Teori terdahulu tentang perilaku moral ialah bahwa semua prilaku moral adalah spesifik untuk suatu situasi saja.
Menurut Havinghurst, yang dimaksud dengan karakter adalah suatu perangkat (set) yang terdiri atas lima karakter. Setiap tipe itu merupakan suatu representatif dari tingkat perkembangan psikososial individu sebagai berikut.
Tipe karakter
1.        Amoral
2.        Expenden
3.        Conforming
4.        Irrational-conscientious
5.        Rational-altruistic
Periode perkembangan
1.         Infanci
2.         Early childhood
3.         Later childhood
4.         Adolescence and adulthood
Barangkali tiap karakter tersebut dimaksudkan untuk:
1.      Dirumuskan dan digambarkan dalam peristilahan sistem kontrol individual yang berguna untuk menyesuaikan diri dalam rangka memuaskan tuntutan lingkungan sosial
2.      Meliputi semua model adaptasi yang mungkin
3.      Dirumuskan dalam istilah motivasi dan
4.      Menyajikan pola prilaku oprsional dan tingkat perkembaangan psikososial
            Kelima tipe karakter tersebut merupakan lima pola sebagai komponen-komponen karakter atau merupakan five pure ”idieal tipe”. Dan kelima motif yang utama merupakan komponen-komponen karakter moral.kendatipun mungkin ada seseorang yang memiliki tipe murni, dalam praktiknya proporsi kelima kategori itu bersifat relatif dalam diri seseorang atau, dengan kata lain, terdapat struktur dinamis.
Kesehatan psikologis
            Sejak bertahun-tahun lamanya telah dilakukan banyak usaha untuk mengetahui mengapa banyak siswa yang mengalami ketidak puasan disekolah. penelitian terhadap masalah tersebut hanya bersifat perkiraan. Ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Jacson dan Getzel yang mengadakan penelitian secara ilmiah melaui eksperimen terhadap dua kelompok remaja.
            Berdasarkan penelitian tersebut,dengan menggunakan bermacam-macam tes akhirnya dapat diambil beberapa kesimpulan berikut:
1.      Relevansi antara data kesehatan psikologis dengan ketidakpuasan terhadap sekolah lebih dari pada relevansinya data hasil belajar sekolastik dengan ketidak puasan tersebut.
2.      Sikap – sikap anak perempuan yang tidak puas ditandai oleh ketidak mantapan pribadi, sedangkan anak – anak lelaki yang tidak puas ditandai oleh perasaan kritis terhadap otoritas sekolah.
            Menrut rosenzweig, perbedaan seks dapat di konsepsikan sebagai berikut : anak perempuan yang tidak puas lebih intropunitive dari pada anak – anak perempuan yang mengalami kepuasan; anak laki – laki yang tidak puas lebih extrapunitive dari pada anak laki – laki yang mengalami kepuasan.
Kesukaran Remaja Yang Defiant
Telah banyak usaha untuk mengamati dan merumuskan perubahan – perubahan anak dalam  aspek nilai – nilai dan identifikasi sejalan dengan pertumbuhan yang tampak dalam bermacam - macam  pola pikiran. Masalah Defiats Yount  timbul karena bermacam – macam motivasi yang mendasarinya. Manajemen sekolah atau Missmanajemen ada yang berhasil menghadapi masalah  ini, namun banyak juga yang mengalami kegagalan.
Konsep defiant  yount agak mirip dengan kenakalan, tetapi bukan kenakalan. Pada dasarnya ia merupakan sifat yang tak sesuai atau  tak menyenangkan dan sering merupakan kesukaran. Defiant adalah bagian dari persilangan dalam proses pertumbuhan moral. Pembahasan tentang masalah ini dikembalikan pada masalah kebingungan (confusion). Masalah defiant di kalangan remaja berkomplikasi dengan kenyataan dimana orang pada umumnya tidak memiliki konsep yang  jelas tentang masalah tersebut.
Implikasi Bagi Guru (keterlibatan)
Jensen mengemukakan sebuah preposisi yang perlu untuk mengarahkan tindakan guru terhasap para remaja, dan kemudian  menyarankan beberapa imlikasi bagi guru.
Preposisi – preposisi tersebut adalah sebagai berikut :
1.      Motif (alasan) dasar semua organisme (mahluk hidup) adalah konservasi dan pemberian kesempatan bagi fenomena diri (self).
2.      Keberhasilan diartikan dalam kaitanya dengan tujuaan – tujuan personal, bukan pada ukuran – ukuran yang ditentukan oleh orang lain.
3.      Perilaku itu rasional (pikiran sehat).
4.      Remaja bertindak untuk mempertahankan fenomena selft-nya.
5.      Ruang bebas mempengaruhi perilaku dan penyesuian diri para remaja.
6.      Salah satu masalah pokok yang dihadapi ileh remaja adalah  pelaksanaan  tugas – tugas perkembangan bagi kelompoknya.
Preposisi itu hendaknya digunakan sebagai landasan psikologis oleh guru dalam upaya melakukan tindakan – tindakan edukatif terhadap siswanya. Faktor – faktor gejala diri (self), tujuan personal siswa, rasionalitas perilaku, suasana kebebasan di sekolah, tugas – tugas perkembangan anak dan remaja harus dipertimbangkan dalam  merancang  pengajaran dan melaksanakan kegiatan belajar dan mengajar.



BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
·      Karakter masa remaja (adolescense) dapat dilihat dari tiga segi, yakni konsep masa remaja, keunikan para remaja, dan kebutuhan para remaja.
·      Kemudahan belajar bagi para remaja dapat dilakukan dengan cara keseimbangan antara pembatasan dan kebebasan.
·      Havighurst mencoba merumuskan teori perilaku moral yang terdiri atas lima tipe karakter, yaitu amoral(asusila), expedent(bijaksana), conforming(penyesuaian), irrational – conscientious(tidak logis – tidak mendamaikan), dan rational – altruistic(pikiran sehat – mendamaikan).
·      Konsep remaja defiant mirip dengan kenakalan, tetapi bukan kenakalan. Ia adalah sifat yang tidak menyenangkan.

Saran
·         Orang tua dan guru harus sabar dan mengerti terhadap sikap remaja yang tidak konsisten.
·         Guru harus dapat menghargai pendapat dan pilihan siswanya jika dia memiliki cakrawala beripikir yang luas dan mantap.




Daftar Pustaka


Hamalik,Dr.Oemar.2010.Psikologi Belajar & Mengajar.Bandung.Sinar Baru    Algensindo